Sinar matahari
yang menembus sela-sela jendela kamar
membangunkan dari tidur lelapku.“Randy cepat mandi sudah siang !” terdengar
suara ibuku di balik pintu kamarku.“Iya,bu...” jawabku sambil malas-malasan.
Ku gerakkan tubuhku menuju kamar mandi.Aku kuliah di salah satu kampus
seni di Bandung.Terhitung dengan hari ini,adalah hari ketiga liburan
semester,sama seperti hari-hari
sebelumnya liburan kali ini sangat membosankan.“Tiga hari aja udah
ngebosenin,apalagi 1 bulan,ahh...kenapa harus ada liburan sih !!” keluhku.
Setelah selesai mandi,ku langkahkan
kakiku menuju ruang makan,terlihat ibuku sudah menungguku untuk sarapan pagi.Namun selera makanku pagi
ini agak ogah-ogahan,karena satu tuntutan ku belum dipenuhi.“Bu,gimana Rendy
boleh gak liburan 1 bulan ini ke Bali ?” tanyaku.“Kamu mau ngapain ke Bali?”tanya
ibu balik.“Randy mau belajar melukis dengan pak putut”. Pak Putut adalah
seorang pelukis ternama di Bali,kebetulan beliau adalah teman masa kecil
ayahku.“Randy tanya aja ke ayah dulu” saran ibuku.“yah ibu,sudah pasti ayah gak
bakal ngeizinin,aku kuliah jurusan seni aja ayah enggak mendukung,ibu tolong
rayu ayah dong bu” bujuk ku.
Kemudian ibu ku segera mengeluarkan ponsel dari sakunya.“Hallo”
terdengar suara khas ayah ku.“Hallo ayah,ini ibu mau bicara sebentar” ujar
ibuku. “Bicara apa bu?” sergap ayah.“Jadi gini Randy pengen ke Bali,kebetulan
dia ada liburan 1 bulan.katanya dia pengen belajar melukis dengan pak Putut
teman ayah itu” jelas ibuku dengan penuh hati-hati.“Buat apa dia belajar
melukis? Apa dia belum sadar,banyak seniman yang tidak bisa hidup dengan
profesinya.Jadi seniman itu gak realistis”
“Ya sudah nanti biar ibu yang jelasin ke Randy”
“Bilang ke Randy selama liburan dia ikut ayah di Banjarmasin,biar dia
bisa belajar melanjutkan bisnis kita”. Tak
lama telfon terputus,dan dari raut muka ibuku seperti terdapat kabar buruk
untukku.Jantungku berdebar lebih kencang,ketika melihat ibuku menatap ke arahku
dan perlahan mulai membuka bibirnya.Aku sudah tau yang akan ibu ku
bicarakan,karena menebak hal seperti ini begitu mudah bagiku.
“Randy
kata ayah kamu selama 1 bulan ini liburan di Banjarmasin ikut ayah”
“Randy udah duga kok bu”. Entah
mengapa aku merasa sangat kecewa,ku tinggalkan sisa-sisa makananku,dan secepat
mungkin aku menuju kamar.“Randy makanannya dihabiskan dulu”teriak ibuku.“Udah
kenyang bu”jawabku. Ku rebahkan tubuhku di atas kasur.“Kenapa sih semua
keinginanku yang berbau seni gak pernah
di dukung sama ayah?!” gerutu ku. Mataku menatap ke arah kanvas kosong beserta
alat lukis yang kudapatkan dari uang tabunganku sendiri.harapanku mulai pupus,mimpiku
untuk jadi seorang pelukis sudah tidak ada lagi di benakku saat ini .Yang aku
pikirkan akan jadi apakah liburanku kali ini di Banjarmasin nanti,daerah asing
yang tak pernah ku kunjungi sebelumnya.Tak lama terdengar suara halus dari
kamarku,aku bangit dari kasurku dan menelusuri sumber bunyi itu perlahan.
“Ayah sepertinya Randy ngambek dengar keputusan ayah tadi”
“Udah biarin aja di udah dewasa entar dia juga bakal mikir sendiri kok bu” Terdengar
suara samar-samar ibu yang sedang menelfon ayah.Ku hentikan langkahku dan ku
simak kalimat demi kalimat yang mereka ucapkan.Sepertinya keputusan ayah kali
ini tidak bisa di ganggu gugat walau ibu sudah membujuk ayah dengan penuh
kepastian.Tiba-tiba terdengar teriakan ibu “Randy kamu siap-siap kemasin barang
kamu,soalnya besok kamu berangkat ke Banjarmasin”. Ku langkahkan kakiku yang
gontai menuju kamar untuk mengemas barang yang aku perlukan.Ini adalah detik
terakhir aku di Bandung,mungkin aku akan merindukan dinginnya malam Bandung dan
kemerlap lampu di sepanjang jalan kota untuk 1 bulan ke depan.
Matahari
telah berada di ufuk barat dan bulan sudah siap menggantikan kedudukannya
menerangi malam ini.Bulan purnama yang sempurna di dampingi bintang-bintang dan
angin yang bertiup spoi-spoi membuatku hanyut dalam alam anganku dan Ku
titipkan mimpi-mimpiku.
Paginya...
“Ibu Randy
pamit ya,ibu hati-hati di rumah”
“Iya nak kamu hati-hati juga ayah nunggu kamu di bandara Banjarmasin”
“Yasudah Randy berangkat
ya bu”
“Iya nak jangan lupa ibadah ya”
Setelah usai berpamitan ku langkahkan kakiku menuju taksi yang sedari
tadi sudah menungguku di depan rumah.Hanya beberapa menit aku telah berada di
bandara,kebetulan jarak rumahku ke bandra tidak terlalu jauh.Sesampainya di
bandara ternyata pesawat yang aku tumpangi akan segera berangkat,aku
segera menuju ke ruang keberangkatan. Kini pesawat akan
membawaku meyebrangi pulai Jawa menuju pulau Kalimantan.Aku tertidur dan hanyut
dalam penerbangan yang memakan waktu tak terlalu lama itu.“Permisi
mas,pesawatnya sudah mendarat” terdengar suara yang lemah gemulai di telingaku.
Ku buka perlahan kelopak mataku,dan ternyata seorang Pramugari telah berdiri
berada di samping kursiku dengan senyum mungil.Segera ku tinggalkan pesawat
itu,dan ini saatnya aku mencari ayahku yang sedari tadi munungguku.Baru ku
ketahui bahwa bandara ini bernama Syamsudin Noor setelah aku melihat ke arah
depan bandara. “Randy...” terlihat sebuah lambaian tangan dan teriakan
memanggil namaku.Segera ku menuju kearah sorang lelaki yang tak asing lagi
bagiku.Ayah ku kini terlihat agak gemuk,namun aku tetap bisa
mengenalinya.Setelah sedikit bernostalgia,ayah mengajakku menuju rumah kami
yang tarletak tak jauh dari bandara.
“Ayah
itu apa? Kok rame banget ?” tanyaku sambil menunjuk ke arah sungai yang di
penuhi perahu dan pedagang
“Itu namanya Pasar apung”
Timbul
banyak pertanyaan di benakku,rasa penasaran membuatku ingin berhenti di pasar
ini.Namun ayah pasti tidak akan mengizinkan karena aku belum beristirahat
sedari tadi.Akhirnya ku putuskan besok saja,karena badanku kurang enak setelah
mabuk udara tadi.
Keesokkan harinya...
Baru ku sadari
ternyata rumah kami tak jauh dari sungai itu,berjalan kaki pun tak akan
menghabiskan tenagaku. “Ayah Randy mau jalan ke pasar apung ya?”
“kamu mau ngapain?”
“Randy
mau lihat-lihat yah”
“Ya sudah tapi jangan pulang terlalu sore”
“Randy berangkat yah” teriak ku sambil berlari kecil ke arah pasar
apung yang terlihat dari kejauhan rumahku.Setelah tiba,sungguh pemandangan yang
tidak bisa ku temukan di Bandung.Terlihat perahu-perahu dan pedagang yang
sedang menawarkan dagangannya.Untuk bisa
belanja di pasar apung kita harus menyewa perahu terlebih dahulu.Ini di
karenakan proses jual beli di lakukan di atas sungai,perahu yang hilir mudik
dengan pemandangan sungai yang indah berpadu dengan coklatnya air sungai
membuatku tergoda untuk mencoba.Entah apa yang ku cari nantinya,yang paling
utama aku ingin merasakan keramaian pasar di tengah sungai ditemani angin
spoi-spoi.Segera ku langkahkan kakiku mencari perahu kosong untuk ku sewa,betapa
senangnya hatiku ketika melihat sebuah perahu di pinggir sungai yang tak
berpenumpang.Aku mulai penjelajahanku hari ini.
Suasana pasar terapung
yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling
mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu
oleng dimainkan gelombang sungai.kebanyakan para pedagang adalah
wanita,menariknya di pasar terapung ini juga masih berlaku barter.“Wow rame
banget,ini baru menarik” sanjungku. Ini adalah sesuatu yang sayang untuk
dilewatkan,tanpa panjang lebar mulai ku mainkan kamera yang sedari tadi
tergantung di leher bagian depanku. “Manis banget” tatapanku mengarah ke salah
seorang gadis Banjarmasin,kulitnya putih dan wajahnya di balut dengan kerudung
biru safir.
Perlahan ku focuskan
kameraku ke arah objek seperti bidadari itu,senyum bibirnya yang manis ketika
melayani pembeli dan wajahnya yang berseri membuatku makin penasaran
padanya.“oke,satu,dua,tiga...jprettt”. Tak kusangka seketika dia menatap ke
arahku yang berjarak kurang lebih tiga meter darinya,ternyata dia menyadari apa
yang sedang kulakukan pada dirinya.Kemudian terlihat wajahnya yang menunduk
,entah apa yang dia rasakan namun tumbuh rasa bersalah di hatiku.Matahari mulai
terik dan para pedangang bubar dengan sendirinya,tak terkecuali wanita itu.
Aku menuju bibir sungai untuk kembali ke rumah,tiba-tiba terlihat
seorang wanita yang pernah ku lihat sebelumnya.Segera ku mendekat ke arahnya
dan aku ingin meminta maaf atas kejadian tadi.
“Hai..”
Sapa ku
Dia
menoleh perlahan ke arahku yang berada di samping kanannya,dia tak mengucapkan
sepatah katapun.Namun ada sebuah senyum manis yang di lontarkan dari bibirnya
yang mungil.Jantung ku berdetak lebih kencang saat ku tatap dua bola mata yang
berseri itu,sungguh dia lebih cantik dari sebelumnya.
“Kamu tadi
jualan apa?” tanyaku basa-basi
Dan untuk yang kedua kalinya dia tak menjawabku,dia mempercepat
langkahnya.“Haii..kok kamu diam aja” ku lambaikan tanganku tepat di
hadapannya.Namun langkahnya semakin
lebar sampai akhirnya aku tak sangguup untuk terus mengikutinya.
“Aneh banget tuh cewe,diam tanpa kata.Tapi manis juga sih” ucap hati
kecilku
Ku tinggalkan tempat
dimana saat ini aku berpijak,dan dimana aku menemukan sesosok bidadari yang
kehilangan selendangnya untuk kembali ke khayangan.
Keesokan harinya...
Suara
ayam terdengar saling bersahutan di kedua telingaku.
“Ahhh... udah pagi ya ?” gerutuku sambil menatap ke arah jam
dinding dengan tatapan sayu.
“Hah..masih jam 4 udah berisik banget sih” gerutuku sambil menarik kembali selimut untuk
melanjutkan tidur .
Baru saja terhanyut tiba-tiba terdengar suara bising.
“Aduh suara apa lagi sih nih...” kulangkahkan kakiku yang goyah melihat ke
luar jendela.
Terlihat benerang cahaya yang
sumbernya dari pasar terapung.
“Ada apa
sih disana kok jam segini rame banget” ucapku penuh tanda tanya
“Ya udah mandi aja deh
dari pada tidur juga gak tenang” gerutuku sambil keluar dari kamarku yang mungil .
Setelah
selesai mandi aku tak tau apa yang akan aku lakukan.
“Ahh...boring
di rumah mana masih jam 5 subuh lagi !! oh iya kepasar terapung aja ahh” ucap
ku dalam diam.
Segera aku menuju kamar ayah,Tok...tok...tok tak lama...
“Iya,ada apa Ran ?”
“Ayah Randi ke pasar terapung ya?”
“iya hati-hati”
Terdengar suara ayah masih sayu.Tanpa panjang lebar aku langsung menuju
pasar terapung untuk menyaksikan matahari terbit di temani perahu yang
berdesak-desakan dan udara yang dingin.
Sesampainya disana segera ku mainkan kameraku,namun kini kameraku
terfokkus pada sesosok wanita berkerudung biru safir.Mungkin saja dia bidadari
yang kulihat kemarin,tanpa fikir panjang aku segera menghampiri perahunya yang
jaraknya tak jauh dari perahu yang ku tumpangi.
Namun setelah ku lihat dari jarak dekat ternyata bukan wanita yang
semalam ku lihat hanya saja kerudung yang digunakan sama.Entah mengapa saat ini
wajah wanita itu memenuhu pikiran ku,mungkin aku telah menaruh hati padanya
atau mungkin ini hanya rasa suka biasa.
Tak
lama ada sebuah perahu melintas di hadapanku,dan setelah ku perhatikan dengan
baik ternyata itu adalah wanita berparas cantik yang kini berbalut kerudung coklat tua walau
begitu aura wajahnya yang cerah tetap membuatnya cantik walaupun tak
menggunakan kerudung berwarna biru safir seperti pertama aku melihatnya.
“Hei tunggu...” teriakku sambil mendekat ke arah perahunya
Kemudian
kulihat perahunya mulai berhenti dan dia mulai mengangkat perlahan
dagunya.Sungguh dia terlihat amat manis,dengan senyum kecil di bibirnya.
Tak lama ada satu perahu
lain yang mendekatinya
“Kirana ibu nukar nasi kuning sabungkus iwak haruan” kata seorang ibu
Namun ia hanya
mengangguk-angguk sambil tersenyum tanpa kata,dan mengambilkan sebungkus nasi
berwarna kuning yang di bungkus dengan daun pisang di sertai lauk-pauknya.Entah
apa yang ibu itu bicarakan,aku tak begitu paham karena mungkin itu bahasa
Banjarmasin dan aku baru pertama kali ke Banjarmasin sehingga aku tak
paham.Dari pertama aku bertemu dengannya aku tak pernah sedikitpun mendengar
suara keluar dari bibirnya yang mungil itu entah aku tak tau apa sebabnya ,atau
mungkin dia tak mengerti bahasa Indonesia.
“Kirana? Jadi namanya Kirana?”
ujarku makin penasaran
Setelah dia selesai melayani
pesanan seorang ibu tadi,aku segera melontarkan kata-kata yang sama seperti
yang di ucapkan ibu tadi agar dia dapat mengerti bahasaku.
“Nukar nasi kuning sebungkus iw....” aku tergagap-gagap karena aku lupa
apa yang di ucapkan seorang ibu tadi.
Entah mengapa dia menertawakanku,seketika pipinya memerah.
“kok kamu ketawa sih aku kan gak bisa bahasa Banjarmasin,kenalin aku
Randy aku dari Bandung aku kesini Cuma
buat liburan semester aja” jelasku sambil di hantui rasa malu
Namun
dia masih saja tersenyum dalam diam.
“Kamu kenapa sih diam terus,ngomong dong” ajak ku
“Kamu masih marah ya gara-gara
kejadian kemaren?”
Tiba-tiba dia mengeluarkan secarik kertas dan pulpen yang berada di
sampingnya.Dia menuliskan sesuatu di kertas itu,namun aku tak tau apa yang
sedang dia tulis.Tak lama dia memberikannya padaku ,betapa terkejutnya aku
ketika tertuliskan kalimat “Aku bisu,aku gak bisa bicara seperti layaknya manusia sempurna”.
Betapa
terkejutnya aku setelah membaca dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
“Owh jadi kamu bisu?”tanyaku
lagi,dan dia hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
Tak terasa hari mulai terik,semua pedagang mulai bubar tanpa terkecuali
bidadari bisu.Ini hari jum’at sehingga para pedagang lebih cepat bubar,karena
mayoritas dari mereka beragama islam.
Sebelum meninggalkanku bidadari bisu itu menuliskan sesuatu di selembar
kertas dan diberikannya .Segera ku menuju bibir sungai dan membaca apa isi di
selembar kertas itu ternyata tertulis “Cepat pulang dan sholat jum’at kamukan
cowo”.Aku hanya tersenyum menahan tawa
karena dia tak mengetahui bahwa aku non muslim.
Aku segera pulang sambil memandangi secarik kertas yang di berikan bidadari
bisu itu.
Malamnya...
Malam ini bulan
purnama terlihat sangat indah di dampingi cahaya berseri bintang-bintang dan
semilir angin spoi-spoi.
Masih saja ku pandangi tulisan
yang menari-nari di selembar kertas dari bidadari bisu.Ingin rasanya aku
bisa berteman dengannya.Aku mulai terhanyut dalam mimpi,mimpi yang indah bersama bidadari
bisu.
2 minggu kemudian...
Seperti biasa,setiap pagi aku akan mencari bidadari bisu di pasar
terapung,ini sudah jadi kegiatan rutin ku di Banjarmasin setelah mengenalnya.Kini
hari-hariku lebih berwarna dengan kehadiran bidadari bisu,aku tahu ini tak akan
berlangsung lama.2 minggu terakhir sebelum kepulanganku ke Bandung akan ku
jalani bersama bidadari bisu.
Aku
dan bidadari bisu semakin akrab,terkadang dia meledekku dengan bahasa Banjarmasin
yang tak sedikitpun ku pahami,bukan dengan berbicara namun melalui tulisan dan
bahasa isyarat.
“Kirana
nanti sore kita jalan yuk,kamu temenin aku ke tempat-tempat unik aku mau
foto-foto”teriakku dari bibir sungai
sambil menatap ke arah kirana di tengah sungai yang sedang melayani
pembeli dengan ramah.
Kirana hanya menganggukan kepalanya bertandakan setuju,betapa senangnya
aku bisa menghabiskan sisa-sisa liburanku bersama bidadari bisu. Sorenya...
Jam 3 ini aku akan menikmati indahnya pemandangan sekitar pasar terapung
dan menyaksikan sunset di sungai yang mempertemukan kami berdua.
“itu dia kirana” ucapku sambil berlari kecil ke arah wanita yang berdiri
tegap dengan kerudung kesukaannya biru safir di bibir sungai .
Baru saja aku datang menghampirinya dia menoleh dan tersenyum kepadaku.
“Maaf ya Kirana aku telat”
ujarku
Kirana terlihat mengangguk dan mulai menarik tanganku.Tiba-tiba saja
jantungku berdenyut lebih kencang,ternyata dia mengajakku ke sebuah kapal
pengangkut penumpang yang ingin berlayar ke pulau jawa.Dan seketika ia
berhenti,Kirana menunjuk ke arah kapal besar itu.
“Kenapa kamu ngajak aku ngelihat kapal yang
mau berlayar?” tanyaku heran
Dia berusaha
berbicara denganku menggunakan bahasa isyarat,aku memang tak sepenuhnya
mengerti apa yang dia jelaskan.Namun ku coba untuk perlahan memahaminya.
“Jadi kamu pengen naik kapal besar kaya itu?”
Ku
lihat bidadari bisu itu mengangguk,aku tau dia mempunyai keinginan besar untuk
mengarungi indahnya laut lepas yang airnya berwarna biru,seperti kerudung
kesukaannya yang berwarna biru safir.
“Suatu
saat nanti aku akan ngajak kamu naik kapal besar ini keliling INDONESIA” ucapku
sambil menyakinkannya bahwa mimpinya itu akan terwujud.
Kemudian
dia menatap tajam mataku untuk meyakinkan ucapanku tadi.
“Jadi kamu
meragukan omonganku ya?” tatapku sinis
Dia mengangguk dan tersenyum nakal.
”sekarang kamu bawa aku ke tempat-tempat unik di sini” ucapku sambil
menarik pergelangan tangannya.
Jam
demi jam telah kami lalui bersama,kini jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.Kami memutuskan untuk kembali kerumah
masing-masing.
Ku nikmati sisa-sisa hariku bersama bidadari bisu.Entah apa yang
membuatku terpesona padanya,namun dari tatapan matanya terhadapku dia menanam
rasa yang sama.Namun tak bisa secepat ini aku menyatakan perasaanku karena kami
baru saling kenal,tak ada salahnya bila ku pendam rasa ini.
Kepulangan
ke Bandung...
Tak
terasa sudah satu bulan aku menjelajah di Banjarmasin,ini hari terakhirku
berada di Banjarmasin.Aku paham...aku sangat paham bahwa setiap pertemuan pasti
akan ada perpisahan.Ini detik-detik terakhir kepulanganku.
Satu jam sebelum kepulanganku ke Bandung aku bersama bidadari bisu
bertemu di bibir sungai pasar terapung.
“Kirana aku
mau pulang ya,tapi aku janji aku pasti ke sini lagi buat nemuin kamu dan nanti
kita naik kapal besar bareng,tapi kamu harus tungguin aku ya” Jelasku
Kini
senyum mungil kirana tak ada lagi untukku,dia hanya menunduk dan meneteskan
perlahan air matanya. Kemudian kirana menuliskan sebuah kalimat di kertasnya
yang berisi “Kamu gak bakal ngelupain aku kan?”.Aku hanya tersenyum menahan
tangis dan perlahan berkata “Aku ga bakal lupain kamu”.
Suasana
menjadi haru,bilamana cinta harus
terpisahkan oleh waktu dan tempat.Tapi aku yakin walau kami berbeda tempat,tapi
kami tetap menatap satu langit yang sama.Banyak sekali pelajaran yang dapat ku
ambil dari sebuah petualangan bidadari bisu yang tak seberuntung bidadari
lainnya,namun dia selalu tersenyum manis dengan apa yang telah di takdirkan
tuhan.
“Kirana
aku berangkat ya” ucapku perlahan sambil menunggalkan tempat pertemuan terakhir
kami kali ini.
Kirana terlihat hanya mematung dan menyembunyikan kesedihannya.Sungguh
hatiku tercabik melihat Kirana menjatuhkan air matanya.
“Kirana kamu gak usah sedih,aku akan selalu mengingatmu hingga akhir
waktuku, ku tau kita memiliki banyak perbedaan ,namun aku tak peduli dan tak
pernah ku sesali pernah bertemu dan berkenalan dengan mu walau hanya sekejap
namun kau berarti bagiku” ucap batin ku.
Setibanya di Bandung...
Tak
henti-hentinya aku memandangi foto bidadari tanpa sayap di kameraku yang sedari
tadi ku dekap dengan kedua tanganku.
Entah kapan aku bisa menyaksikan senyum manisnya dari dekat lagi,namun
ku berjanji akan ku arungi cintaku bersamamu,semoga dirimu disana akan
baik-baik saja untuk selamanya.Disini aku akan selalu merindukan dirimu wahai Bidadari
bisu....
“Ciee foto siapa itu?”
Aku dikejutkan dengan
kehadiran teman-temanku
“Loh,kalian kok ke
rumah gue gak bilang-bilang”
“Tadi kita mau ke
lapangan bola,kebetulan aja lewat depan rumah loe dan ternyata gue perhatiin
dari kejuhan loe serius banget mandangin ni kamera” jelas salah seorang temanku.
“Gue ikut dong main
bola” ujarku
“Boleh,asal beri tau ke
kita dulu siapa cewe yang fotonya loe pandangin terus dari tadi” tantang mereka
“Bukan siapa-siapa
kok,kelapangan yuk” aku segera bangkit dari dudukku
“Eitttttsss...santai
bray,ceritain dulu sama kita siapa cewe itu”ujar seorang temanku yang
menghalangiku
“Dia Cuma teman gue
waktu di Banjarmasin”
“Teman kok sampe
segitunya banget” bantah temanku
“Yah...emang kenapa
bukan urusan loe kale...”sahutku
“Ya udah langsung
kelapangan aja yuk,keburu sore nih”
Aku terselamatkan oleh
waktu yang memang sudah mulai sore.
Di hari pertama sekolah
terlihat penampilan-penampilan baru,mereka terlihat sangat menikmati liburannya
lalu.Aku pun demikian,liburan tahun ini begitu menyenangkan bagiku.Tak ada
alasan lain kecuali karena bidadari bisu.
Bidadari bisu itu yang
membuatku kagum atas anugrah Tuhan,walau dia bisu namun disisi lain dia lebih
istimewa dibandingkan wanita-wanita sempurna di luar sana.Aku sadar setiap
tuhan memberika sebuah kekurangan,disisi lain tuhan akan sisihkan kelebihan.
“Hayo... senyum-senyum
sendiri” ujar Clara sambil menepuk pundakku yang membuatku kaget.
Clara adalah teman
wanitaku satu-satunya dan sangat akrab denganku.Walau ku akui dia sangat bawel
dan kalu bicara gak pake tanda baca.
“Hehehe...wah makin
cantik aja temenku yang satu ini” sanjungku
“Kasihan ya loe baru
sadar...dari dulu kalee !” ledek Clara
“Sepertinya temen gue
yang satu ini tampak bahagia,ada apa gerangan?”tanya kelara tajam
Clara adalah pemegang
rahasia terkuat,jadi setiap ada sesuatu padaku aku menceritakan padanya.Selain
manis,Clara adalah pendengar yang baik dan bisa menjaga rahasia-rahasiaku.
“Gue dapet kenalan
cantik banget”
“La terus kenapa gak loe tembak aja”
“Hah? Gue kan baru
kenal”
“Emang anak mana?”
tanya clara
“Anak Banjarmasin”
“Busettt,,,dari mana
loe kenal?”
“Waktu liburan gue
nyusul bokap ke Banjarmasin”
“Ya terus?”
“Masa gue harus LDR
sama bidadari bisu”keluhku
“What?? Bidadari bisu
hahaha”Clara terlihat terpingkal-pingkal
“Iya,dia bisu.Tapi dia
cantik,baik,ramah,dan kalem”
“Jadi loe takut LDR?”
“Enggak”
“Terus tunggu apa
lagi?”
“Gue takut di tolak”
“Hahahaha” Clara makin
terlihat terpingkal-pingkal
“Temen lagi galau bukan
di bantuin malah diledekin” Ujarku
“iya,maaf.Gue gak habis
pikir aja loe takut ditolak duluan,itu namanya menyerah sebelum perang.Apa yang
elo takutin,kalo menurut gue loe itu lumayan ganteng,disekolah ini aja loe jadi
rebutan .” jelas Clara
“Hahaha gue tau gue
emang ganteng” aku tertawa puas
“Nah,tunggu apa lagi
loe? Tunggu itu cewe udah jadi punya orang? By the way emang namanya siapa?”
“Namanya Kirana,ini
fotonya” ujarku sambil meneluarkan selembar foto dari saku bajuku
“Dia muslim ya? Iya,dia
cantik banget”
“Iya,dia muslim yang
taat.Mana mungkin dia bisa nerima gue” ucapku pasrah
“Ya usaha dulu
lah,fighting” ujar Clara
Perbincanga kami terus
berlanjut,dan rencananya pulang sekolah ini aku dan Clara akan pergi ke toko
sebelah sekolah.Toko itu menjual beraneka ragam jenis jilbab,rencananya aku
akan mengirimkan jilbab dari Bandung untuk bidadari bisu.Karena Clara wanita
,jadi menurutku dia akan lebih mengerti mengenai fasion.
“Randy...randy...” terdengar suara di balik pintu kelasku
Tentu saja itu suara
Clara.Segera ku masukkan buku-buku yang berserakan di atas mejaku.Dan aku
segera menghampiri Clara.
“Are you ready?” ajakku
“Yeah...Go!!”
Aku dan Clara segera
melangakahkan sepasang kaki dengan semangat 45.Dalam perjalanan kami saling berbincang
tentang sosok Kirana yang bisa meluluhkan ku yang begitu dingin.
Aku sadar banyak
wanita-wanita cantik di kampus yang menyukaiku,namun aku tak pernah
memperdulikannya.Menurutku mereka hanya wanita-wanita manja yang banyak
menuntut,itu yang membuat ku tak tertarik pada mereka.
“Ran,masa kemarin si
Raisa nyebarin gosip kalo loe jadian sama dia.Idih...amit-amit tu cewe gak tau
malu,udah berkali-kali ditolak malah makin menjadi” jelas Clara menanggapi
gosip-gosip baru di kampus mereka.
“Ah masa ? dia masih
belum kapok juga ya gue permaluin di depan teman-teman dulu” jawabku dengan
wajahnya yang dingin dan datar tak berekspresi sedikitpun
“Dasar muke loe kaku...
mana ekspresinya? Masa muke loe datar gitu” sahut Clara
“Terus? Gue harus pake
raut muke dramatis kaya waktu loe barusan putus sama Riko gitu?” ujarku sedikit
memancing kemarahan Clara
“Idih,jangan bawa-bawa
masa lalu napa? Amit-amit deh gue waktu itu ampe segitunya” renung Clara
“Wkwkwkwk” tak dapat
kubendug tawa ku mendengar ucapan Clara barusan
“Puas loe
ngungkit-ngungkit masa lalu gue” desah Clara
“Juskid Ra...”
“Wajar gue dramatis,gue
kan anak teater.Loe gatau seni sih,itu namanya bentuk pengekspresian diri.Gak
kaya loe,muke kaku banget...” sambar Clara
“Iya deh gue ngalah
aja,gue emang gak bakat jadi artis.Gue bakatnya jadi cowo ganteng aja”ledekku
“Idihh...telinga gue
yang denger pantat gue yang gak terima...pengen kentut...” ujar Clara sinis
“Buset...cantik-cantik
jorok”
Perbincangan kami terus
berlanjut hingga akhirnya aku harus bertekuk lutut karena kata-kata mematikan
Clara.Wajar saja,Clara wanita yang cerdas mengolah kata-kata.Ku sadari adu mulut
dengan Clara tak akan ada ujungnya.