Rabu, 23 Oktober 2013

Kenangan Cinta Perahu Banjarmasin


( Ilustration by :Elly Widia Lestari __ Ilustrator by :Deanita Apridini R.)

Sinar matahari yang  menembus sela-sela jendela kamar membangunkan dari tidur lelapku.“Randy cepat mandi sudah siang !” terdengar suara ibuku di balik pintu kamarku.“Iya,bu...” jawabku sambil malas-malasan.                                                            

Ku gerakkan tubuhku menuju kamar mandi.Aku kuliah di salah satu kampus seni di Bandung.Terhitung dengan hari ini,adalah hari ketiga liburan semester,sama seperti  hari-hari sebelumnya liburan kali ini sangat membosankan.“Tiga hari aja udah ngebosenin,apalagi 1 bulan,ahh...kenapa harus ada liburan sih !!” keluhku.            

Setelah selesai mandi,ku langkahkan kakiku menuju ruang makan,terlihat ibuku sudah menungguku  untuk sarapan pagi.Namun selera makanku pagi ini agak ogah-ogahan,karena satu tuntutan ku belum dipenuhi.“Bu,gimana Rendy boleh gak liburan 1 bulan ini ke Bali ?” tanyaku.“Kamu mau ngapain ke Bali?”tanya ibu balik.“Randy mau belajar melukis dengan pak putut”. Pak Putut adalah seorang pelukis ternama di Bali,kebetulan beliau adalah teman masa kecil ayahku.“Randy tanya aja ke ayah dulu” saran ibuku.“yah ibu,sudah pasti ayah gak bakal ngeizinin,aku kuliah jurusan seni aja ayah enggak mendukung,ibu tolong rayu ayah dong bu” bujuk ku.                                                                                                 

Kemudian ibu ku segera mengeluarkan ponsel dari sakunya.“Hallo” terdengar suara khas ayah ku.“Hallo ayah,ini ibu mau bicara sebentar” ujar ibuku. “Bicara apa bu?” sergap ayah.“Jadi gini Randy pengen ke Bali,kebetulan dia ada liburan 1 bulan.katanya dia pengen belajar melukis dengan pak Putut teman ayah itu” jelas ibuku dengan penuh hati-hati.“Buat apa dia belajar melukis? Apa dia belum sadar,banyak seniman yang tidak bisa hidup dengan profesinya.Jadi seniman itu gak realistis”                                                                                                         
“Ya sudah nanti biar ibu yang jelasin ke Randy”                                                             
“Bilang ke Randy selama liburan dia ikut ayah di Banjarmasin,biar dia bisa belajar melanjutkan  bisnis kita”. Tak lama telfon terputus,dan dari raut muka ibuku seperti terdapat kabar buruk untukku.Jantungku berdebar lebih kencang,ketika melihat ibuku menatap ke arahku dan perlahan mulai membuka bibirnya.Aku sudah tau yang akan ibu ku bicarakan,karena menebak hal seperti ini begitu mudah bagiku.                                                                                                
“Randy kata ayah kamu selama 1 bulan ini liburan di Banjarmasin ikut ayah”            
“Randy udah duga kok bu”. Entah mengapa aku merasa sangat kecewa,ku tinggalkan sisa-sisa makananku,dan secepat mungkin aku menuju kamar.“Randy makanannya dihabiskan dulu”teriak ibuku.“Udah kenyang bu”jawabku. Ku rebahkan tubuhku di atas kasur.“Kenapa sih semua keinginanku yang berbau seni  gak pernah di dukung sama ayah?!” gerutu ku. Mataku menatap ke arah kanvas kosong beserta alat lukis yang kudapatkan dari uang tabunganku sendiri.harapanku mulai pupus,mimpiku untuk jadi seorang pelukis sudah tidak ada lagi di benakku saat ini .Yang aku pikirkan akan jadi apakah liburanku kali ini di Banjarmasin nanti,daerah asing yang tak pernah ku kunjungi sebelumnya.Tak lama terdengar suara halus dari kamarku,aku bangit dari kasurku dan menelusuri sumber bunyi itu perlahan.                                                                                               
“Ayah sepertinya Randy ngambek dengar keputusan ayah tadi”
“Udah biarin aja di udah dewasa entar dia juga bakal mikir sendiri kok bu” Terdengar suara samar-samar ibu yang sedang menelfon ayah.Ku hentikan langkahku dan ku simak kalimat demi kalimat yang mereka ucapkan.Sepertinya keputusan ayah kali ini tidak bisa di ganggu gugat walau ibu sudah membujuk ayah dengan penuh kepastian.Tiba-tiba terdengar teriakan ibu “Randy kamu siap-siap kemasin barang kamu,soalnya besok kamu berangkat ke Banjarmasin”. Ku langkahkan kakiku yang gontai menuju kamar untuk mengemas barang yang aku perlukan.Ini adalah detik terakhir aku di Bandung,mungkin aku akan merindukan dinginnya malam Bandung dan kemerlap lampu di sepanjang jalan kota untuk 1 bulan ke depan.                                                                                                                

Matahari telah berada di ufuk barat dan bulan sudah siap menggantikan kedudukannya menerangi malam ini.Bulan purnama yang sempurna di dampingi bintang-bintang dan angin yang bertiup spoi-spoi membuatku hanyut dalam alam anganku dan Ku titipkan mimpi-mimpiku.                                                             Paginya...                                                                                                                                
 “Ibu Randy pamit ya,ibu hati-hati di rumah”                                                                             
“Iya nak kamu hati-hati juga ayah nunggu kamu di bandara Banjarmasin”                       
“Yasudah Randy berangkat ya bu”                                                                                          
“Iya nak jangan lupa ibadah ya”                                                                                             

Setelah usai berpamitan ku langkahkan kakiku menuju taksi yang sedari tadi sudah menungguku di depan rumah.Hanya beberapa menit aku telah berada di bandara,kebetulan jarak rumahku ke bandra tidak terlalu jauh.Sesampainya di bandara ternyata pesawat yang aku tumpangi akan segera berangkat,aku segera  menuju ke  ruang keberangkatan. Kini pesawat akan membawaku meyebrangi pulai Jawa menuju pulau Kalimantan.Aku tertidur dan hanyut dalam penerbangan yang memakan waktu tak terlalu lama itu.“Permisi mas,pesawatnya sudah mendarat” terdengar suara yang lemah gemulai di telingaku. Ku buka perlahan kelopak mataku,dan ternyata seorang Pramugari telah berdiri berada di samping kursiku dengan senyum mungil.Segera ku tinggalkan pesawat itu,dan ini saatnya aku mencari ayahku yang sedari tadi munungguku.Baru ku ketahui bahwa bandara ini bernama Syamsudin Noor setelah aku melihat ke arah depan bandara. “Randy...” terlihat sebuah lambaian tangan dan teriakan memanggil namaku.Segera ku menuju kearah sorang lelaki yang tak asing lagi bagiku.Ayah ku kini terlihat agak gemuk,namun aku tetap bisa mengenalinya.Setelah sedikit bernostalgia,ayah mengajakku menuju rumah kami yang tarletak tak jauh dari bandara.                                                                                                                                 
“Ayah itu apa? Kok rame banget ?” tanyaku sambil menunjuk ke arah sungai yang di penuhi perahu dan pedagang                                                                             
“Itu namanya Pasar apung”                                                                                             

Timbul banyak pertanyaan di benakku,rasa penasaran membuatku ingin berhenti di pasar ini.Namun ayah pasti tidak akan mengizinkan karena aku belum beristirahat sedari tadi.Akhirnya ku putuskan besok saja,karena badanku kurang enak setelah mabuk udara tadi.                                                                                     
Keesokkan harinya...                                                                                           

 Baru ku sadari ternyata rumah kami tak jauh dari sungai itu,berjalan kaki pun tak akan menghabiskan tenagaku. “Ayah Randy mau jalan ke pasar apung ya?”                   
“kamu mau ngapain?”                                                                                      
 “Randy mau lihat-lihat yah”                                                                                      
“Ya sudah tapi jangan pulang terlalu sore”                                                               
 “Randy berangkat yah”  teriak ku sambil berlari kecil ke arah pasar apung yang terlihat dari kejauhan rumahku.Setelah tiba,sungguh pemandangan yang tidak bisa ku temukan di Bandung.Terlihat perahu-perahu dan pedagang yang sedang  menawarkan dagangannya.Untuk bisa belanja di pasar apung kita harus menyewa perahu terlebih dahulu.Ini di karenakan proses jual beli di lakukan di atas sungai,perahu yang hilir mudik dengan pemandangan sungai yang indah berpadu dengan coklatnya air sungai membuatku tergoda untuk mencoba.Entah apa yang ku cari nantinya,yang paling utama aku ingin merasakan keramaian pasar di tengah sungai ditemani angin spoi-spoi.Segera ku langkahkan kakiku mencari perahu kosong untuk ku sewa,betapa senangnya hatiku ketika melihat sebuah perahu di pinggir sungai yang tak berpenumpang.Aku mulai penjelajahanku hari ini.

Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu oleng dimainkan gelombang sungai.kebanyakan para pedagang adalah wanita,menariknya di pasar terapung ini juga masih berlaku barter.“Wow rame banget,ini baru menarik” sanjungku. Ini adalah sesuatu yang sayang untuk dilewatkan,tanpa panjang lebar mulai ku mainkan kamera yang sedari tadi tergantung di leher bagian depanku. “Manis banget” tatapanku mengarah ke salah seorang gadis Banjarmasin,kulitnya putih dan wajahnya di balut dengan kerudung biru safir.
Perlahan ku focuskan kameraku ke arah objek seperti bidadari itu,senyum bibirnya yang manis ketika melayani pembeli dan wajahnya yang berseri membuatku makin penasaran padanya.“oke,satu,dua,tiga...jprettt”. Tak kusangka seketika dia menatap ke arahku yang berjarak kurang lebih tiga meter darinya,ternyata dia menyadari apa yang sedang kulakukan pada dirinya.Kemudian terlihat wajahnya yang menunduk ,entah apa yang dia rasakan namun tumbuh rasa bersalah di hatiku.Matahari mulai terik dan para pedangang bubar dengan sendirinya,tak terkecuali  wanita itu.                                                             
Aku menuju bibir sungai untuk kembali ke rumah,tiba-tiba terlihat seorang wanita yang pernah ku lihat sebelumnya.Segera ku mendekat ke arahnya dan aku ingin meminta maaf atas kejadian tadi.                                                                                        
 “Hai..” Sapa ku                                                                                                                             
Dia menoleh perlahan ke arahku yang berada di samping kanannya,dia tak mengucapkan sepatah katapun.Namun ada sebuah senyum manis yang di lontarkan dari bibirnya yang mungil.Jantung ku berdetak lebih kencang saat ku tatap dua bola mata yang berseri itu,sungguh dia lebih cantik dari sebelumnya.                                  
“Kamu tadi jualan apa?” tanyaku basa-basi                                                                                  
Dan untuk yang kedua kalinya dia tak menjawabku,dia mempercepat langkahnya.“Haii..kok kamu diam aja” ku lambaikan tanganku tepat di hadapannya.Namun  langkahnya semakin lebar sampai akhirnya aku tak sangguup untuk terus mengikutinya.                                                                                              
“Aneh banget tuh cewe,diam tanpa kata.Tapi manis juga sih” ucap hati kecilku
Ku tinggalkan tempat dimana saat ini aku berpijak,dan dimana aku menemukan sesosok bidadari yang kehilangan selendangnya untuk kembali ke khayangan.                     
Keesokan harinya...                                                                                                                 
Suara ayam terdengar saling bersahutan di kedua telingaku.                                                     
“Ahhh... udah pagi ya ?” gerutuku sambil menatap ke arah jam dinding  dengan tatapan sayu.                                                                                                                     
“Hah..masih jam 4 udah berisik banget sih”  gerutuku sambil menarik kembali selimut untuk melanjutkan tidur .                                                                                                
Baru saja terhanyut tiba-tiba terdengar suara bising.                                                                   
“Aduh suara apa lagi sih nih...” kulangkahkan kakiku yang goyah melihat ke luar jendela.                                                                                                                             
Terlihat  benerang cahaya yang sumbernya dari pasar terapung.                                          
“Ada apa sih disana kok jam segini rame banget” ucapku penuh tanda tanya                         
 “Ya udah mandi aja deh dari pada tidur juga gak tenang” gerutuku sambil keluar dari  kamarku yang mungil .                                                                                                                          
Setelah selesai mandi aku tak tau apa yang akan aku lakukan.                                      
“Ahh...boring di rumah mana masih jam 5 subuh lagi !! oh iya kepasar terapung aja ahh” ucap ku dalam diam.                                                                                             
Segera aku menuju kamar ayah,Tok...tok...tok tak lama...                                                   
“Iya,ada apa Ran ?”                                                                                                           
“Ayah Randi ke pasar terapung ya?”                                                                                            
“iya hati-hati”                                                                                                                   
Terdengar suara ayah masih sayu.Tanpa panjang lebar aku langsung menuju pasar terapung untuk menyaksikan matahari terbit di temani perahu yang berdesak-desakan dan udara yang dingin.                                                                               

Sesampainya disana segera ku mainkan kameraku,namun kini kameraku terfokkus pada sesosok wanita berkerudung biru safir.Mungkin saja dia bidadari yang kulihat kemarin,tanpa fikir panjang aku segera menghampiri perahunya yang jaraknya tak jauh dari perahu yang ku tumpangi.                                                                              

Namun setelah ku lihat dari jarak dekat ternyata bukan wanita yang semalam ku lihat hanya saja kerudung yang digunakan sama.Entah mengapa saat ini wajah wanita itu memenuhu pikiran ku,mungkin aku telah menaruh hati padanya atau mungkin ini hanya rasa suka biasa.                                                                                           

Tak lama ada sebuah perahu melintas di hadapanku,dan setelah ku perhatikan dengan baik ternyata itu adalah wanita berparas cantik yang  kini berbalut kerudung coklat tua walau begitu aura wajahnya yang cerah tetap membuatnya cantik walaupun tak menggunakan kerudung berwarna biru safir seperti pertama aku melihatnya.                                                                                                                        
“Hei tunggu...” teriakku sambil mendekat ke arah perahunya                                             
Kemudian kulihat perahunya mulai berhenti dan dia mulai mengangkat perlahan dagunya.Sungguh dia terlihat amat manis,dengan senyum kecil di bibirnya.                                 
Tak lama ada satu perahu lain yang mendekatinya                                                             
“Kirana ibu nukar nasi kuning sabungkus iwak haruan” kata seorang ibu                          
Namun ia hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum tanpa kata,dan mengambilkan sebungkus nasi berwarna kuning yang di bungkus dengan daun pisang di sertai lauk-pauknya.Entah apa yang ibu itu bicarakan,aku tak begitu paham karena mungkin itu bahasa Banjarmasin dan aku baru pertama kali ke Banjarmasin sehingga aku tak paham.Dari pertama aku bertemu dengannya aku tak pernah sedikitpun mendengar suara keluar dari bibirnya yang mungil itu entah aku tak tau apa sebabnya ,atau mungkin dia tak mengerti bahasa Indonesia.                 
“Kirana? Jadi namanya Kirana?” ujarku makin penasaran                                                            
Setelah dia selesai  melayani pesanan seorang ibu tadi,aku segera melontarkan kata-kata yang sama seperti yang di ucapkan ibu tadi agar dia dapat mengerti bahasaku.                                                                                                                                       
“Nukar nasi kuning sebungkus iw....” aku tergagap-gagap karena aku lupa apa yang di ucapkan seorang ibu tadi.                                                                                             
Entah mengapa dia menertawakanku,seketika pipinya memerah.                                                             “kok kamu ketawa sih aku kan gak bisa bahasa Banjarmasin,kenalin aku Randy aku dari Bandung aku kesini Cuma  buat liburan semester aja” jelasku sambil di hantui rasa malu                                                                                                                   
 Namun dia masih saja tersenyum dalam diam.                                                                                
“Kamu kenapa sih diam terus,ngomong dong” ajak ku                                                        
“Kamu masih marah ya gara-gara kejadian kemaren?”                                                       
Tiba-tiba dia mengeluarkan secarik kertas dan pulpen yang berada di sampingnya.Dia menuliskan sesuatu di kertas itu,namun aku tak tau apa yang sedang dia tulis.Tak lama dia memberikannya padaku ,betapa terkejutnya aku ketika tertuliskan kalimat “Aku bisu,aku gak bisa bicara seperti  layaknya manusia sempurna”.                                                                                                                             
Betapa terkejutnya aku setelah membaca dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.                                                                                                                                                  “Owh jadi kamu bisu?”tanyaku lagi,dan dia hanya mengangguk dan tersenyum kecil.                                                                                                                                                  
Tak terasa hari mulai terik,semua pedagang mulai bubar tanpa terkecuali bidadari bisu.Ini hari jum’at sehingga para pedagang lebih cepat bubar,karena mayoritas dari mereka beragama islam.                                                                                                   
Sebelum meninggalkanku bidadari bisu itu menuliskan sesuatu di selembar kertas dan diberikannya .Segera ku menuju bibir sungai dan membaca apa isi di selembar kertas itu ternyata tertulis “Cepat pulang dan sholat jum’at kamukan cowo”.Aku  hanya tersenyum menahan tawa karena dia tak mengetahui bahwa aku non muslim.                                                                                                                             
Aku segera pulang sambil memandangi secarik kertas yang di berikan bidadari bisu itu.                                                                                                                        Malamnya...                                                                                                                            
Malam ini bulan purnama terlihat sangat indah di dampingi cahaya berseri bintang-bintang dan semilir angin spoi-spoi.                                                                                                 
Masih saja ku pandangi tulisan  yang menari-nari di selembar kertas dari bidadari bisu.Ingin rasanya aku bisa berteman dengannya.Aku mulai terhanyut dalam    mimpi,mimpi yang indah bersama bidadari bisu.                                                                     
2 minggu kemudian...                                                                                                        

Seperti biasa,setiap pagi aku akan mencari bidadari bisu di pasar terapung,ini sudah jadi kegiatan rutin ku di Banjarmasin setelah mengenalnya.Kini hari-hariku lebih berwarna dengan kehadiran bidadari bisu,aku tahu ini tak akan berlangsung lama.2 minggu terakhir sebelum kepulanganku ke Bandung akan ku jalani bersama bidadari bisu.                                                                                                              

Aku dan bidadari bisu semakin akrab,terkadang dia meledekku dengan bahasa Banjarmasin yang tak sedikitpun ku pahami,bukan dengan berbicara namun melalui tulisan dan bahasa isyarat.                                                                                           
 “Kirana nanti sore kita jalan yuk,kamu temenin aku ke tempat-tempat unik aku mau foto-foto”teriakku dari bibir sungai  sambil menatap ke arah kirana di tengah sungai yang sedang melayani pembeli dengan ramah.                                                            
Kirana hanya menganggukan kepalanya bertandakan setuju,betapa senangnya aku bisa menghabiskan sisa-sisa liburanku bersama bidadari bisu.                                             Sorenya...                                                                                                                                 
Jam 3 ini aku akan menikmati indahnya pemandangan sekitar pasar terapung dan menyaksikan sunset di sungai yang mempertemukan kami berdua.                                                
“itu dia kirana” ucapku sambil berlari kecil ke arah wanita yang berdiri tegap dengan kerudung kesukaannya biru safir di bibir sungai .                                                        
Baru saja aku datang menghampirinya dia menoleh dan tersenyum kepadaku.                     
“Maaf ya Kirana aku telat” ujarku                                                                                                                          
Kirana terlihat mengangguk dan mulai menarik tanganku.Tiba-tiba saja jantungku berdenyut lebih kencang,ternyata dia mengajakku ke sebuah kapal pengangkut penumpang yang ingin berlayar ke pulau jawa.Dan seketika ia berhenti,Kirana menunjuk ke arah kapal besar itu.                                                                      
“Kenapa kamu ngajak aku ngelihat kapal yang mau berlayar?” tanyaku heran                          

Dia berusaha berbicara denganku menggunakan bahasa isyarat,aku memang tak sepenuhnya mengerti apa yang dia jelaskan.Namun ku coba untuk perlahan memahaminya.                                                                                                                      
“Jadi kamu pengen naik kapal besar kaya itu?”                                                                             
Ku lihat bidadari bisu itu mengangguk,aku tau dia mempunyai keinginan besar untuk mengarungi indahnya laut lepas yang airnya berwarna biru,seperti kerudung kesukaannya yang berwarna biru safir.                                                                             
 “Suatu saat nanti aku akan ngajak kamu naik kapal besar ini keliling INDONESIA” ucapku sambil menyakinkannya bahwa mimpinya itu akan terwujud.                                                                                                                     
Kemudian dia menatap tajam mataku untuk meyakinkan ucapanku tadi.                                 
“Jadi kamu meragukan omonganku ya?” tatapku sinis                                                                  
 Dia mengangguk dan tersenyum nakal.                                                                                      
”sekarang kamu bawa aku ke tempat-tempat unik di sini” ucapku sambil menarik pergelangan tangannya.                                                                                                                                              
Jam demi jam telah kami lalui bersama,kini jam sudah menunjukkan pukul  5 sore.Kami memutuskan untuk kembali kerumah masing-masing.                                                                                                                               
Ku nikmati sisa-sisa hariku bersama bidadari bisu.Entah apa yang membuatku terpesona padanya,namun dari tatapan matanya terhadapku dia menanam rasa yang sama.Namun tak bisa secepat ini aku menyatakan perasaanku karena kami baru saling kenal,tak ada salahnya bila ku pendam rasa ini.                                               
Kepulangan ke Bandung...                                                                                               

 Tak terasa sudah satu bulan aku menjelajah di Banjarmasin,ini hari terakhirku berada di Banjarmasin.Aku paham...aku sangat paham bahwa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.Ini detik-detik terakhir kepulanganku.                                                        
Satu jam sebelum kepulanganku ke Bandung aku bersama bidadari bisu bertemu di bibir sungai pasar terapung.                                                                                         
“Kirana aku mau pulang ya,tapi aku janji aku pasti ke sini lagi buat nemuin kamu dan nanti kita naik kapal besar bareng,tapi kamu harus tungguin aku ya” Jelasku                                      
Kini senyum mungil kirana tak ada lagi untukku,dia hanya menunduk dan meneteskan perlahan air matanya. Kemudian kirana menuliskan sebuah kalimat di kertasnya yang berisi “Kamu gak bakal ngelupain aku kan?”.Aku hanya tersenyum menahan tangis dan perlahan berkata “Aku ga bakal lupain kamu”.                                     

Suasana menjadi haru,bilamana  cinta harus terpisahkan oleh waktu dan tempat.Tapi aku yakin walau kami berbeda tempat,tapi kami tetap menatap satu langit yang sama.Banyak sekali pelajaran yang dapat ku ambil dari sebuah petualangan bidadari bisu yang tak seberuntung bidadari lainnya,namun dia selalu tersenyum manis dengan apa yang telah di takdirkan tuhan.                                           
“Kirana aku berangkat ya” ucapku perlahan sambil menunggalkan tempat pertemuan terakhir kami kali ini.                                                                                                               
Kirana terlihat hanya mematung dan menyembunyikan kesedihannya.Sungguh hatiku tercabik melihat Kirana menjatuhkan air matanya.                                                  
“Kirana kamu gak usah sedih,aku akan selalu mengingatmu hingga akhir waktuku, ku tau kita memiliki banyak perbedaan ,namun aku tak peduli dan tak pernah ku sesali pernah bertemu dan berkenalan dengan mu walau hanya sekejap namun kau berarti bagiku” ucap batin ku.                                                                         
Setibanya di Bandung...                                                                                                        

Tak henti-hentinya aku memandangi foto bidadari tanpa sayap di kameraku yang sedari tadi ku dekap dengan kedua tanganku.                                                                           
Entah kapan aku bisa menyaksikan senyum manisnya dari dekat lagi,namun ku berjanji akan ku arungi cintaku bersamamu,semoga dirimu disana akan baik-baik saja untuk selamanya.Disini aku akan selalu merindukan dirimu wahai Bidadari bisu....
 “Ciee foto siapa itu?”
Aku dikejutkan dengan kehadiran teman-temanku
“Loh,kalian kok ke rumah gue gak bilang-bilang”
“Tadi kita mau ke lapangan bola,kebetulan aja lewat depan rumah loe dan ternyata gue perhatiin dari kejuhan loe serius banget mandangin ni kamera” jelas salah seorang temanku.
“Gue ikut dong main bola” ujarku
“Boleh,asal beri tau ke kita dulu siapa cewe yang fotonya loe pandangin terus dari tadi” tantang mereka
“Bukan siapa-siapa kok,kelapangan yuk” aku segera bangkit dari dudukku
“Eitttttsss...santai bray,ceritain dulu sama kita siapa cewe itu”ujar seorang temanku yang menghalangiku
“Dia Cuma teman gue waktu di Banjarmasin”
“Teman kok sampe segitunya banget” bantah temanku
“Yah...emang kenapa bukan urusan loe kale...”sahutku
“Ya udah langsung kelapangan aja yuk,keburu sore nih”
Aku terselamatkan oleh waktu yang memang sudah mulai sore.
Di hari pertama sekolah terlihat penampilan-penampilan baru,mereka terlihat sangat menikmati liburannya lalu.Aku pun demikian,liburan tahun ini begitu menyenangkan bagiku.Tak ada alasan lain kecuali karena bidadari bisu.

Bidadari bisu itu yang membuatku kagum atas anugrah Tuhan,walau dia bisu namun disisi lain dia lebih istimewa dibandingkan wanita-wanita sempurna di luar sana.Aku sadar setiap tuhan memberika sebuah kekurangan,disisi lain tuhan akan sisihkan kelebihan.
“Hayo... senyum-senyum sendiri” ujar Clara sambil menepuk pundakku yang membuatku kaget.
Clara adalah teman wanitaku satu-satunya dan sangat akrab denganku.Walau ku akui dia sangat bawel dan kalu bicara gak pake tanda baca.
“Hehehe...wah makin cantik aja temenku yang satu ini” sanjungku
“Kasihan ya loe baru sadar...dari dulu kalee !” ledek Clara
“Sepertinya temen gue yang satu ini tampak bahagia,ada apa gerangan?”tanya kelara tajam
Clara adalah pemegang rahasia terkuat,jadi setiap ada sesuatu padaku aku menceritakan padanya.Selain manis,Clara adalah pendengar yang baik dan bisa menjaga rahasia-rahasiaku.
“Gue dapet kenalan cantik banget”
“La terus kenapa  gak loe tembak aja”
“Hah? Gue kan baru kenal”
“Emang anak mana?” tanya clara
“Anak Banjarmasin”
“Busettt,,,dari mana loe kenal?”
“Waktu liburan gue nyusul bokap ke Banjarmasin”
“Ya terus?”
“Masa gue harus LDR sama bidadari bisu”keluhku
“What?? Bidadari bisu hahaha”Clara terlihat terpingkal-pingkal
“Iya,dia bisu.Tapi dia cantik,baik,ramah,dan kalem”
“Jadi loe takut LDR?”
“Enggak”
“Terus tunggu apa lagi?”
“Gue takut di tolak”
“Hahahaha” Clara makin terlihat terpingkal-pingkal
“Temen lagi galau bukan di bantuin malah diledekin” Ujarku
“iya,maaf.Gue gak habis pikir aja loe takut ditolak duluan,itu namanya menyerah sebelum perang.Apa yang elo takutin,kalo menurut gue loe itu lumayan ganteng,disekolah ini aja loe jadi rebutan .” jelas Clara
“Hahaha gue tau gue emang ganteng” aku tertawa puas
“Nah,tunggu apa lagi loe? Tunggu itu cewe udah jadi punya orang? By the way emang namanya siapa?”
“Namanya Kirana,ini fotonya” ujarku sambil meneluarkan selembar foto dari saku bajuku
“Dia muslim ya? Iya,dia cantik banget”
“Iya,dia muslim yang taat.Mana mungkin dia bisa nerima gue” ucapku pasrah
“Ya usaha dulu lah,fighting” ujar Clara
Perbincanga kami terus berlanjut,dan rencananya pulang sekolah ini aku dan Clara akan pergi ke toko sebelah sekolah.Toko itu menjual beraneka ragam jenis jilbab,rencananya aku akan mengirimkan jilbab dari Bandung untuk bidadari bisu.Karena Clara wanita ,jadi menurutku dia akan lebih mengerti mengenai fasion.
“Randy...randy...”  terdengar suara di balik pintu kelasku
Tentu saja itu suara Clara.Segera ku masukkan buku-buku yang berserakan di atas mejaku.Dan aku segera menghampiri Clara.
“Are you ready?” ajakku
“Yeah...Go!!”
Aku dan Clara segera melangakahkan sepasang kaki dengan semangat 45.Dalam perjalanan kami saling berbincang tentang sosok Kirana yang bisa meluluhkan ku yang begitu dingin.
Aku sadar banyak wanita-wanita cantik di kampus yang menyukaiku,namun aku tak pernah memperdulikannya.Menurutku mereka hanya wanita-wanita manja yang banyak menuntut,itu yang membuat ku tak tertarik pada mereka.
“Ran,masa kemarin si Raisa nyebarin gosip kalo loe jadian sama dia.Idih...amit-amit tu cewe gak tau malu,udah berkali-kali ditolak malah makin menjadi” jelas Clara menanggapi gosip-gosip baru di kampus mereka.
“Ah masa ? dia masih belum kapok juga ya gue permaluin di depan teman-teman dulu” jawabku dengan wajahnya yang dingin dan datar tak berekspresi sedikitpun
“Dasar muke loe kaku... mana ekspresinya? Masa muke loe datar gitu” sahut Clara
“Terus? Gue harus pake raut muke dramatis kaya waktu loe barusan putus sama Riko gitu?” ujarku sedikit memancing kemarahan Clara
“Idih,jangan bawa-bawa masa lalu napa? Amit-amit deh gue waktu itu ampe segitunya” renung Clara
“Wkwkwkwk” tak dapat kubendug tawa ku mendengar ucapan Clara barusan
“Puas loe ngungkit-ngungkit masa lalu gue” desah Clara
“Juskid Ra...”
“Wajar gue dramatis,gue kan anak teater.Loe gatau seni sih,itu namanya bentuk pengekspresian diri.Gak kaya loe,muke kaku banget...” sambar Clara
“Iya deh gue ngalah aja,gue emang gak bakat jadi artis.Gue bakatnya jadi cowo ganteng aja”ledekku
“Idihh...telinga gue yang denger pantat gue yang gak terima...pengen kentut...” ujar Clara sinis
“Buset...cantik-cantik jorok”
Perbincangan kami terus berlanjut hingga akhirnya aku harus bertekuk lutut karena kata-kata mematikan Clara.Wajar saja,Clara wanita yang cerdas mengolah kata-kata.Ku sadari adu mulut dengan Clara tak akan ada ujungnya.